BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kanker paru
(Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan wanita.
Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita
dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab
paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian,
hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional
dan tempat lain pada saat didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
karsinoma cenderung untuk timbul di tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru .
Kanker paru
mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana
saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan
merokok dihilangkan. Selama 50
tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru yang mengejutkan.
America Cancer Society
memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000
meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun
1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun
1998 tumor paru menduduki urutan ke 3
sesudah kanker payudara dan leher rahim.
Namun,
karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum
diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar
peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk
1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat
sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui
upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan
diatas, kelompok tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan Kanker
Paru stadium IV.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
definisi, epidemologi, serta etiologi cancer paru?
2.
Bagaimana
manifestasi klinis, serta patofisiologi cancer paru?
3.
Bagaimana
pathway cancer paru?
4.
Bagaimana
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan umum, serta percegahan kanker paru?
5.
Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien cancer paru?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah sistem respirasi
2.
Mahasiswa
mampu untuk memahami pengertian, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, stadium,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan penunjang , penatalaksanaan umum,
pencegahan, dan asuhan keperawatan pada pasien ca paru.
3.
Mahasiswa
mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.
1.3 Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.
2.
Mahasiswa
mampu menjelaskan kembali tentang penyakit kanker
paru
3.
Memberikan
informasi bagi pembaca bagaimana penatalaksaan yang benar dari kanker paru
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tumor paru merupakan keganasan pada
jaringan paru (price, patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru ( Anonim dalam underwood, patologi 2000 ).
Kanker paru adalah pertumbuhan
sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Anonim dalam Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2.1.1 Klasifikasi Kanker Paru
Kanker paru dibagi menjadi kanker
paru sel kecil ( small lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (
non-small lung cancer, NSCLC).
Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk di dalam
golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe
-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya (Wilson dan Price, dalam
respiratory, 2005).
Karsinoma
sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang paling
sering ditemukan berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan
epitel termasuk metaplasia atau displasia akibat merokok jangka
panjang secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa
bisasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar.
Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar
secara langsung ke kelenjar bening hilus, dinding dada, dan mediasternum.
Karsinoma ini lebih sering pada laki -laki daripada perempuan (Wilson dan
Price, dalam respiratory, 2005). Adenokarsinoma
memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan
jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang
dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstitial
kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh
sebelum lesi primer menyebabkan gejala -gejala (Anonim dalam Kumar et al, 2007).
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan
sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
Karsinoma ini adalah
sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti
bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat - tempat yang jauh (Anonim dalam Kumar
et al, 2007).
Karsinoma sel kecil umumnya tampak
sebagai massa abu -abu pucat yang terletak di sentral dengan peluasan ke dalam
parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar
getah bening hilus
dan mediastinum. Kanker
ini terdiri atas
sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan
kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan
nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan
fragmentasi dan “ crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada
karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus
akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Anonim dalam Kumar et al, 2007).
Karsinoma sel besar adalah sel-sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam -macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat
-tempat yang jauh (Anonim dalam Wilson
dan Price, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer
adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor
ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa (Anonim dalam Wilson dan
Price, 2005).
2.1.2 Jenis dan Tahapan kanker
paru
(Anonim dalam Linda,
2006) Ada dua tipe utama kanker paru:
1.
Small cell
lung cancer (SCLC) kanker paru
jenis karsinoma sel kecil (KPKSK)
2.
Non-small
cell lung cancer (NSCLC) kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK)
yaitu terdiri dari :
a.
Adenokarsinoma
yang mencakup 40% kanker paru, lebih
banyak muncul pada wanita.
b.
Skuamous
sel karsinoma lebih jarang dijumpai, dan mencakup 25% dari kasus kanker paru
serta paling banyak terjadi pada pria dan orang tua.
c.
KPKBSK
adalah tipe yang paling umum dari kanker paru, mencakup 75-80% dari semua
kasus. Membedakan KPKBSK and KPKSK sangatlah penting karena kedua tipe kanker
ini memerlukan terapi yang berbeda ( Linda, 2006).
2.1.3 Tingkatan Kanker Paru
Tingkatan (staging) kanker paru
ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan
penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter
spesialis paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama akan
dilakukan foto toraks (foto polos dada). Jika pasien membawa foto yang telah
lebih dari 1 minggu pada umumnya akan dibuat foto yang baru. Foto toraks hanya
dapat metentukan lokasi tumor, ukuran tumor, dan ada tidaknya cairan. Foto
toraks belum dapat dirasakan cukup karena tidak dapat menentukan keterlibatan
kelenjar getah bening dan metastasis luar paru.
Bahkan pada beberapa kondisi
misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps, bagian luas yang menutup
tumor, dapat memungkinakan pada foto, tidak terlihat. Sama seperti pencarian
jenis histologis kanker, pemeriksaan untuk menetukan staging juga tidak harus
sama pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioritas
pemeriksaan yang berbeda yang harus segera dilakukan dan tergantung kondisinya
pada saat datang.
1.
Staging
(Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru
Staging kanker paru dibagi
berdasarkan jenis histologis kanker paru, apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting
untuk menentukan pilihan terapi yang harus
segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran dan lokasi :
tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T), penyebaran
kelenjar getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).
2.
Tahapan perkembangan
kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu (Anonim dalam Linda,
2006) :
A.
Tahap
Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK)
a.
Tahap
terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitarnya.
b.
Tahap ekstensif,
yaitu kanker yang
ditemukan pada jaringan dada
di luar paru-paru
tempat asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ
tubuh yang jauh.
B.
Tahap
Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya
sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi,
tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
2.1.4
Stadium
dalam cancer paru
1.
Stadium 0,
merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru
dan tidak bersifat invasif.
2.
Stadium I,
merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening sekitarnya.
3.
Stadium II,
merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening
di dekatnya.
4.
Stadium
III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di
sisi yang sama atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
5.
Stadium IV,
merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru- paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak,
kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
2.2 Epidemiologi
Menurut
Brasher ( dalam Nurwahidah, Karsinoma
Paru, 2007), epidemiologi kanker paru antara lain:
1.
Kanker
pembunuh nomer satu pada pria dan wanita di Amerika Serikat (>177.000 kasus
dan 159.000 kematian di tahun 1999) dan di dunia.
2.
Kematian
akibat kanker paru pada penduduk Amerika keturunan afrika dan wanita terus
meningkat; wanita di Amerika serikat memiliki insiden kanker paru tertinggi
diantara semua wainta di dunia.
3.
Insiden
tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia 50-60 tahun.
4.
Beberapa
resiko jelas yang dapat diturunkan; saudara derajat pertama yang merokok
memiliki peningkatan risiko 2,5 kali lipat dibanding yang tidak memiliki
riwayat keluarga.
5.
80% sampai
90% kanker paru disebabkan oleh asap rokok.
6.
Resiko lain
meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri (misal: asbestos,
arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).
7.
Risiko
terpajan asap tembakau dan lingkungan (merokok pasif) diperkirakan antara 1,4
dan 3,0 kali dari risiko orang yang tidak terpajan, terutama jika yang terpajan
adalah anak-anak.
8.
Obstruksi
saluran nafas seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan indikator
penting peningkatan resiko kanker paru.
9.
Ketahanan
hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan 11 % pada warna kulit
hitam di AS.
2.3 Etiologi
2.3.1 Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru.
Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat
(lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya
orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan
kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2.3.2 Iradiasi.
Insiden karsinoma paru
yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di
Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan
adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini
diduga merupakan agen etiologi operatif.
2.3.3 Zat-zat yang terhirup ditempat kerja .
Terdapat insiden yang tinggi dari
pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos
dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel,
radiasi dan arsen.
2.3.4 Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota
mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di
desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di kota. Contoh:
Polusi udara, pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan
Kuliah Patologi, dalam wenbee,1997).
2.3.5 Genetik.
Terdapat
perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
1. Proton oncogen.
2. Tumor suppressor gene.
3. Gene encoding enzyme.
2.3.6 Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh
tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan
(insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau
neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
2.4 Manifestasi Klinis
2.4.1 Gejala Awal
Stridor
lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
2.4.2 Gejala Umum
Pada fase
awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.
2.4.3 Gejala-gejala dapat bersifat (Anonim dalam Amin et al,
2006) :
1.
Lokal
(tumor tumbuh setempat) :
a. Batuk
baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi
(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d. Kadang
terdapat kavitas seperti abses paru
e. Ateletaksis
2.
Invasi
lokal :
a. Nyeri
dada
b. Dispnea
karena efusi pleura
c. Invasi
ke perikardium → terjadi tamponade atau aritmia
d. Sindrom
vena cava superior
e. Sindrom
Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis )
f. Suara
serak, karena penekanan pada nervous laryngeal recurrent
g. Sindrom
Pancoast, karena invasi pada pleksus
brakialis dan saraf simpatis servikalis
3.
Gejala
Penyakit Metastasis :
a. Pada otak, tulang,
hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4.
Sindrom
paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru) dengan gejala:
a. Sistemik:
penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi:
leukositosis, anemia, hiperkoagulasi.
c. Hipertrofi
osteoartropati
d. Neorologik:
dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e. Neuromiopati
f. Endokrin:
sekresi berlebihan hormone paratiroud (hiperkalasemia)
g. Dermatologic:
eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
h. Renal:
Syndrome of inappropriate antidiuretuc hormone (SIADH)
5.
Asimsomatik
dengan kelainan radiologis
a.
Sering
terdapat pada perokok dengan PPOK?COPD yang terdeteksi secara radiologis
b. Kelainan
berupa nodus soliter
2.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang
percabangan segmen sub bronkus menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga
terjadi pengendapan karsinogen. Pengendapan karsinogen ini menyebabkan
metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra (Anonim dalam Linda, 2006).
Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptisis , dyspnea, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengar
pada auskultasi (Anonim dalam Linda, 2006).
Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastasis, khususnya pada hati. Metastasis
kanker paru dapat terjadi ke struktur – struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang
rangka (Anonim dalam Linda,
2006).
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1
Radiologi
1.
Foto thorax
posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.
Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan
bronkus.
2.6.2
Laboratorium.
1.
Sitologi
(sputum, pleural, atau nodus limfe) Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap
karsinoma.
2.
Pemeriksaan
fungsi paru dan GDA Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3.
Tes kulit,
jumlah absolute limfosit.
Dapat
dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
1.
Histopatologi.
a.
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian
bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
b.
Biopsi
Trans Torakal (TTB).
Biopsi
dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.Torakoskopi.
Biopsi
tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
c.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang
terlibat.
d.
Torakotomi.
Totakotomi
untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
– macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
2.
Pencitraan
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi
jaringan parenkim paru dan pleura.
b.
MRI, untuk
menunjukkan keadaan mediastinum.
2.7 Penatalaksanaan Umum
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif.
Memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif.
Mengurangi
dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3.
Rawat rumah
(Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi
dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4.Suportif.
Menunjang
pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan
komponen darah, obat
anti nyeri dan
anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
2.7.1
Penatalaksanaan
klien dengan kanker paru adalah:
1.
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru
sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena
kanker.
a.
Toraktomi
eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b.
Pneumonektomi
pengangkatan paru
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c.
Lobektomi (pengangkatan
lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d.
Resesi
segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru
berbentuk baji (potongan es).
f.
Dekortikasi.
Merupakan
pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
2.
Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.
Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan untuk
mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel
kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
2.8 Pencegahan Kanker Paru
Menurut CDC (Anonim, 2010), pencegahan dari
kanker paru ada empat,yaitu:
2.8.1
Berhenti Merokok
Dengan berhenti merokok,
akan menurunkan resiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak
berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka
akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun,
risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka
yang tidak pernah merokok.
1. Menghindari menghisap rokok orang lain ( secondhand smoke)
2. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon
3. Menurut EPA (Environmental
Protection Agency ), setiap
rumah disarankan untuk dites apakah ada gas radon atau tidak.
4. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak. Konsumsi buah dan
sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.
2.8.2
Pendeteksian
Pengenalan
awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja. Biasanya
keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu
stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus
kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut
(stage III dan IV).
Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis
adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto
toraks dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan
pleura dan bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan
gambaran efusi pleura masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi
sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada dibagian sentral atau
intrabronkus.
Kemajuan
di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat mendeteksi
lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang
ditemukan pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat
dengan bronkoskop konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop
autoflouresensi karena dapat mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin
terlihat normal dengan bronkoskop biasa.
BAB 3
PATHWAYS
Bahan karsinogenik ← Merokok,
bahaya industri, Nyeri,
mengendap karena diet dan
familial Ansietas,
↓ perokok
yang < vitamin A Defisiensi
Perubahan epitel silia Pengetahuan
dan mukosa/ulserasi ↑
bronkus Karsinoma
sel besar → Penyebaran
neoplsati
ke
mediastinum timbul karena
Hiperplasi, metaplasi → Kanker
paru-paru pleuritik
Karsinoma sel bronchial Adenokarsinoma Karsinoma sel alveolus ↓ skuamosa,
↓ Mengandung
mucus >> karsinoma bronkus Membesar/metastase ↓ menjadi berkembang
↓ Menyumbat jalan nafas maka batuk timbul
Obstruksi bronkus ↓ lebih sering ↓ Sesak
nafas Ketidakefektifan
Dipsnea ringan ↓ bersihan jalan nafas
↓ Malas
makan/ anoreksia Iritasi,
Ketidakefektifan ↓ ulserasi,
pola nafas Ketidakseimbangan
nutrisi pneumonia kurang
dari kebutuhan tubuh ↓
Himoptisis
(batuk
darah)
Anemis Gangguan
pertukaran gas,
↓ Resiko syok hipovolemik
Intoleran aktifitas ← Kelelahan
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat:
Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan
kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap
lanjut.
2. Sirkulasi
Peningkatan Vena Jugularis, Bunyi jantung: gesekan perikordial (menunjukkan
efusi ), takikardia, disritmia.
3. Integritas
Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang
4. Eliminasi:
Diare yang hilang timbul (ketidakseimbangan hormonal), peningkatan
frekuensi/jumlah urine.
5. Makanan/cairan
: Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan Kurus, kerempeng, atau
penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, edema wajah, periorbital (
ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
6. Ketidaknyamanan/nyeri:
nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri
bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan. Nyeri abdomen hilang/timbul.
7. Pernafasan
: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi
sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis
pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gkat dengan kerja, peningkatan
fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal (area yang mengalami
lesi) Hemoptisis.
8. Keamanan
: Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan,
kulit pucat.
9. Seksualitas
: Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
10. Penyuluhan/pembelajaran
: Faktor resiko keluarga : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.
4.1
Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder
karena invasi tumor (penyakit paru obstruktif kronis). Kode diagnosa : 00031
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru ditandai oleh. Kode
diagnosa : 00032
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
(karsinoma), penekanan saraf oleh tumor paru-paru
ditandai oleh. Kode diagnosa :00132
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan ditandai oleh. Kode diagnosa : 00002
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai
oleh. Kode diagnosa : 00092
6. Ansietas berhubungan dengan merasa dekat dengan
kematian. Kode diagnosa : 00147
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi ditandai oleh. Kode diagnosa : 00126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar