BAB 1
A.
Definisi
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi
herediter atau didapat yang paling sering dijumpai, bermanifestasi sebagai
episode perdarahan intermiten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII
(F VIII) atau faktor IX (F IX), dikelompokkan
sebagai hemofolia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak pada
kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X (Ginsberg,2008). Oleh
karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah
karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari
perempuan yang karier memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit
hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu
karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien tidak
memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit,
1993).
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan
herediter terikat faktor resesif yang dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor
pembekuan esensial yang diakibatkan oleh mutasi pada kromosom X (Wiwik
Handayani, 2011)
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat
kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh).
Meskipun hemofilia merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-30% pasien
tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah, sehingga
diduga terjadi mutasi spontan akibat lingkungan endogen maupun eksogen (Aru et
al, 2010).
Hemofilia adalah kelompok gangguan perdarahan
yang diturunkan dengan karakteristik defisiensi faktor pembekuan darah.
Hemofilia adalah kelainan perdarahan kongenital terkait kromosom X dengan
frekuensi kurang lebih satu per 10.000 kelahiran. Jumlah orang yang terkena di
seluruh dunia diperkirakan kurang lebih 400.000. Hemofilia A lebih sering
dijumpai daripada hemofilia B, yang merupakan 80-85% dari keseluruhan
(Dorland’s Ilustrated Medical Dictionary, 29/E. 2006).
B.
Klasifikasi
Menurut Hadayani (2008) hemofilia dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1.
Hemofilia A; dikarakteristikkan oleh defisiensi F VIII,
bentuk paling umum yang ditemukan, terutama pada pria.
2.
Hemofilia B; dikarakteristikkan oleh defesiensi F IX yang
terutama ditemukan pada pria.
3.
Penyakit Von Willebrand dikarakteristikkam oleh defek pada
perlekatan trombosit dan defesiensi F VIII dapat terjadi pada pria dan wanita.
Hemofilia juga dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1.
Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII clotting activity (F VIIIC) dapat karena
sintesis menurun atau pembekuan F VIIIC dangan struktur abnormal.
2.
Hemofilia B disebabkan karena defisiensi F IX .
F
VIII diperlukan dalam pembentukkan tenase
complex yang akan mengaktifkan F X. defisiensi F VIII menganggu jalur
intrinsic sehingga menyebabkan berkurangnya pembentukkan fibrin. Akibatnya
terjadilah gangguan koagulasi. Hemofilia diturunkan secara sex-linked recessive. Lebih dari 30% kasus hemofilia tidak disertai
riwayat keluarga, mutasi timbul secara spontan (I Made Bakta, 2006).
Hemofilia adalah
diatesis hemoragik yang terjadi dalam 2 bentuk: hemofiia A, defisiensi faktor
koagulasi VIII, dan hemofilia B, defisiensi faktor koagulasi IX. Kedua bentuk
ditentukan oleh sebuah gen mutan dekat telomer lengan panjang kromosom X (Xq),
tetapi pada lokus yang berbeda, dan ditandai oleh pendarahan intramuskular dan
subkutis; perdarahan mulut, gusi, bibir, dan lidah; hematuria; serta
hemartrosis.
1.
Hemofilia A, hemofilia yang paling umum ditemukan,
keadaan terkait –X yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi VIII.
Disebut juga hemofilia klasik
2.
Hemofilia B, jenis hemofilia yang umum ditemukan, keadaan
terkait-X yang disebabkan oleh kekurangan faktor koagulasi IX. Disebut juga
chrismast disease. Hemofilia B Leyden, bentuk peralihan defisiensi faktor
koagulasi IX, tendensi perdarahan menurun setelah pubertas.
3.
Hemofilia C, gangguan autosomal yang disebabkan oleh
kekurangan faktor koagulasi XI, terutama terlihat pada orang turunan Yahudi
Aohkenazi dan ditandai dengan episode berulang perdarahan dan memar ringan,
menoragia, perdarahan pascabedah yang hebat dan lama, dan masa rekalsifikasi
dan tromboplastin parsial yang memanjang. Disebut juga plasma tromboplastin
antecedent deficiency. PTA deficiency, dan Rosenthal syndrome. (Dorland’s
Ilustrated Medical Dictionary, 29/E. 2009).
Derajat penyakit pada hemofilia :
1.
Berat : Kurang dari 1 % dari jumlah normal. Penderita
hemofilia berat dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan.
Kadang-kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
2.
Sedang: 1% – 5% dari jumlah normalnya. Penderita
hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia
berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat,
seperti olahraga yang berlebihan.
3.
Ringan : 6 % – 50 % dari jumlah normalnya. Penderita
hemofilia ringan mengalami perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti
operasi, cabut gigi, atau mengalami luka yang serius (Betz, Cecily Lynn. 2009).
C.
Etiologi
Hemofilia disebabkan oleh factor gen atau
keturunan. hemofilia A dan B, kedua gen tersebut terletak pada kromosom X,
sehingga termasuk penyakit resesif terkait –X. Oleh karna itu semua anak
perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki
tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan yang kerier memiliki kemungkinan
50% untuk menderita penyakit hemofilia dapat terjadi pada wanita homozigot
dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier) tetapi keadaan ini sangat jarang
terjadi .kira-kira 30% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin
akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).
Hemofilia
juga dapat disebabkan oleh mutasi gen. (Muscari, Mary E. 2005).
Menurut
Robbins (2007) 70-80% penderita Hemofilia mendapatkan mutasi gen resesif
X-linked dari pihak Ibu. Gen F VIII dan F IX terletak pada kromosom X dan
bersifat resesif., maka penyakit ini dibawa oleh perempuan (karier, XXh) dan
bermanifestasi klinis pada laki-laki (laki-laki, XhY); dapat bermanifestasi
klinis pada perempuan bila kromosom X pada perempuan terdapat kelainan (XhXh).
Penyebab hemofilia karena adanya defisiensi salah satu faktor yang diperlukan
untuk koagulasi darah akibat kekurangna faktor VIII atau XI, terjadi hambatan
pembentukan trombin yang sangat penting untuk pembentukan normal bekuan fibrin
fungsional yang normal dan pemadatan sumbat trombosit yang telah terbentuk pada
daerah jejas vaskular. Hemofilia A disebabkan oleh defisiensi F VIII, sedangkan
hemofilia B disebabkan karena defisiensi F IX.
Terdapat
faktor risiko pada penyakit hemofilia yaitu riwayat keluarga dari duapertiga
anak-anak yang terkena menunjukkan bentuk bawaaan resesif terkait-x. Hemofilia
A (defisiensi faktor VIII terjadi pada 1 dari 5000 laki-laki. Hemofilia B (
defisiensi faktor IX) terjadi pada seperlimanya.
D. Patofisiologi
Hemofilia
adalah penyakit kelainan koagulasi darah
congenital karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau
faktor IX (hemofilia B, atau penyakit Christmas). Penyakit kongenital ini
diturunkan oleh gen resesif terkait-X dari pihak ibu. F VIII dam F IX adalah
protein plasma yang merupakan komponen yang yang diperlukan untuk pembekuan
darah; faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada
tempat cidera vascular (Cecily Lynn Betz, 2009)
Proses hemostasis tergantung pada faktor
koagulasi, trombosit dan pembuluh darah. Mekanisme hemostasis
terdiri dari respons pembuluh darah,
adesi trombosit, agregasi trombosit,
pembentukan bekuan darah, stabilisasi
bekuan darah, pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi
antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan penyembuhan pembuluh darah.
Cedera
pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan
terpaparnya darah terhadap matriks
subendotelial. Faktor von Willebrand (vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesi
trombosit. Setelah proses ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan
protein lain trombosit dilepaskan granul yang berada di dalam
trombosit dan menyebabkan agregasi
trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh
darah juga melepaskan tissue faktor dan mengubah permukaan pembuluh darah,
sehingga memulai kaskade pembekuan darah dan menghasilkan fibrin. Selanjutnya
bekuan fibrin dan trombosit ini akan distabilkan oleh faktor XIII.
Kaskade
pembekuan darah klasik diajukan oleh Davie dan Ratnoff pada tahun 1950an dapat
dilihat pada Gambar 1. Kaskade ini menggambarkan jalur intrinsik dan ekstrinsik
pembentukan thrombin. Meskipun memiliki beberapa kelemahan, kaskade ini masih
dipakai untuk menerangkan uji koagulasi yang lazim dipakai dalam praktek
sehari-hari.
Pada
penderita hemofilia dimana terjadi defisit F VIII atau F IX maka pembentukan
bekuan darah terlambat dan tidak stabil.
Oleh karena itu penderita hemofilia tidak berdarah lebih cepat, hanya
perdarahan sulit berhenti. Pada perdarahan dalam ruang tertutup seperti dalam
sendi, proses perdarahan terhenti akibat efek tamponade. Namun pada luka yang terbuka
dimana efek tamponade tidak ada, perdarahan masif dapat terjadi. Bekuan darah
yang terbentuk tidak kuat dan perdarahan ulang dapat terjadi akibat proses fibrinolisis alami atau trauma ringan.
Defisit
F VIII dan F IX ini disebabkan oleh mutasi pada gen F8 dan F9. Gen F8 terletak
di bagian lengan panjang kromosom X di regio Xq28, sedangkan gen F9 terletak di
regio Xq27.2,14 Terdapat lebih dari 2500 jenis mutasi yang dapat terjadi, namun
inversi 22 dari gen F8 merupakan mutasi yang paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 50% penderita hemofilia A yang berat. Mutasi gen F8 dan F9 ini
diturunkan secara x-linked resesif sehingga anak laki-laki atau kaum
pria dari pihak ibu yang menderita kelainan ini. Pada sepertiga kasus mutasi
spontan dapat terjadi sehingga tidak dijumpai adanya riwayat keluarga penderita
hemofilia pada kasus demikian.
Wanita
pembawa sifat hemofilia dapat juga menderita gejala perdarahan walaupun
biasanya ringan. Sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa 5 di antara 55
orang penderita hemofilia ringan adalah wanita (Muscari, Mary E. 2006).
E. Manifestasi
Klinis
Gambaran
klinis yang sering terjadi pada klien dengan hemofilia adalah adanya perdarahan
berlebihan secara spontan setelah luka ringan, pembengkakan, nyeri, dan
kelainan-kelainan degeneratife pada sendi, serta keterbatasan gerak. Hematuria
spontan dan perdarahan gastrointestinal juga kecacatan terjadi akibat kerusakan
sendi (Handayani, Wiwik, 2008).
Pada
penderita hemofilia ringan perdarahan spontan jarang terjadi dan perdarahan terjadi setelah
trauma berat atau operasi,. Pada hemofilia sedang, perdarahan spontan
dapat terjadi atau dengan trauma ringan. Sedangkan pada hemofilia berat
perdarahan spontan sering terjadi dengan perdarahan ke dalam sendi, otot dan
organ dalam. Perdarahan dapat mulai terjadi semasa janin atau pada proses
persalinan. Umumnya penderita hemofilia berat perdarahan sudah mulai terjadi
pada usia di bawah 1 tahun. Perdarahan dapat terjadi di mukosa mulut, gusi,
hidung, saluran kemih, sendi lutut, pergelangan kaki dan siku tangan, otot iliospoas, betis dan lengan bawah. Perdarahan
di dalam otak, leher atau tenggorokan dan saluran cerna yang masif dapat
mengancam jiwa.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006)
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam menyatakan bahwa Hemartrosis paling sering
ditemukan (85%) dengan lokasi berturut-turut sebagai berikut, sendi lutut,
siku, pergelangan kaki, bahu, pergelangan tangan dan lainnya. Sendi engsel
lebih sering mengalami hemartrosis dibandingkan dengan sendi peluru karena
ketidakmampuannya menahan gerakan berputar dan menyudut pada saat gerakan
volunter maupun involunter, sedangkan sendi peluru lebih mampu menahan beban
tersebut karena fungsinya.
Hematoma
intramaskuler terjadi pada otot – otot fleksor besar, khususnya pada otot
betis, otot-otot region iliopsoas (sering pada panggul) dan lengan bawah.
Hematoma ini sering menyebabkan kehilangan darah yang nayata. Pendarahan
intracranial bisaterjadi secara spontan atau trauma yang menyebabkan kematian.
Retriperitoneal dan retrofaringeal yang membhayakan jalan nafas dan mengancam kehidupan.Kulit mudah memar,
Perdarahan memanjang akibat luka, Hematuria spontan, Epiktasis, Hemartrosis
(perdarahan pada persendian menyebabkannyeri, pembengkakan, dan keterbatasan
gerak, Perdarahan jaringan lunak. Pembengkakan, keterbatasan gerak, nyeri dan
kelainan degenerative pada persendian yang lama kelamaan dapat mengakibatkan
kecacatan (Aru et al, 2010).
F.
Komplikasi
Menurut Handayani (2008), komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien hemofilia adalah perdarahan intrakranium, infeksi oleh
virus imunodefisiensi manusia sebelum diciptakannya F VIII artificial, kekakuan
sendi, hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal, serta resiko tinggi
terkena AIDS akibat transfusi darah.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
hemofilia (Cecily Lynn Betz, 2009) :
1. Arthritis
2. Sindrom
kompartemen
3. Atrofi
otot
4. Kontraktur
otot
5. Paralisis
6. Perdarahan
intracranial
7. Kerusakan
saraf
8. Hipertensi
9. Kerusakan
ginjal
10. Splenomegali
11. Hepatitis
12. Sirosis
13. Infeksi
HIV karena terpajan produk darah yang terkontaminasi
14. Antibody
terbentuk sebagai antagonis F VIII dan IX
15. Reaksi
tranfusi alergi terhadap produk darah
16. Anemia
hemolitik
17. Thrombosis
18. Nyeri
kronis
BAB 2
Asuhan Keperawatan Hemofilia pada
anak
Asuhan Keperawatan pada Klien An.
“R” dengan Hemofilia A di Ruang Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Pengkajian ( 20 Agustus 2006, pukul
08.00 WIB )
1. Biodata klien
Nama: An.
“R”, umur: 12 th, jenis kelamin: Laki-laki, agama: Islam, suku/ bangsa: Jawa/
Indonesia, alamat: Desa Ganggang – Balopanggang - Gresik, tanggal MRS: 18
Agustus 2006 pukul 12.30 WIB, ruang: Anak, no. reg: 10630470, dx medis:
Hemofilia A Pro Sirkumsisi.
2. Biodata penanggung jawab
Nama: Ny.
“S”,umur: 36 th, jenis kelamin: perempuan, pendidikan: SD (tamat), pekerjaan:
-, penghasilan: -, alamat: Desa Ganggang – Balopanggang - Gresik, agama: Islam,
suku/ bangsa: Jawa/ Indonesia, hubungan dengan klien: Ibu kandung.
3. Keluhan utama
Nyeri.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ibu klien
mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu.
Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila
dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat
5. Riwayat penyakit dahulu
Ibu klien mengatakan klien
sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit saat berumur 5 tahun selama 13 hari
karena penyakit yang sama. saat itu klien habis cabut gigi, perdarahan
terus-menerus tidak berhenti. klien di diagnosa Hemofilia sejak umur 2 tahun.
6. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan tidak tahu
apakah bapaknya menderita hemofilia. dalam keluarganya tidak ada yang pernah
menderita penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis, penyakit menahun seperti
Hipertensi dan Diabetes.
7. Riwayat antenatal, natal, post natal
a) Riwayat antenatal
Selama hamil, ibu sehat,periksa ke
bidan desa mendapat pil penambah darah,ibu minum jamu.
b) Riwayat natal
Ibu klien mengatakan bahwa klien
lahir spontan di tolong bidan, langsung menangis, umur kehamilan 9 bulan, BB :
3900 gram, PB : lupa.AS : 8-9.
c) Riwayat post natal
Ibu klien mengatakan tidak terjadi
perdarahan berlebih, tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tidak sesak dan tidak
biru.
8. Riwayat tumbang
Sekarang An. “R” berumur 12 th tidak
sekolah sejak umur 11,5 tahun(saat kelas V SD), sehari-harinya dia bermain
dengan teman-temannya di sekitar rumahnya.
9. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan klien
mendapatkan imunisasi: BCG 1x, Polio 3x, DPT 3x, Campak 1x, TT 1x.
10. ADL ( Activity daily life )
a) Pola nutrisi
-
Sebelum MRS : klien makan 3x sehari habis 1 piring sedang
dengan komposisi nasi, lauk, sayur, dan minum air putih + 8 gelas.
-
Selama MRS : klien makan 3x sehari diet nasi TKTP habis
¾ porsi dengan komposisi nasi, lauk, sayur dan pepaya dan minum air putih aqua +
1500 ml/hr minum susu 3x 200 cc /hr.
b) Pola aktivitas
-
Sebelum MRS : klien dirumah tinggal bersama ibunya
kadang-kadang bermain disekitar rumah dengan pengawasan.ibunya takut klien
terluka waktu bermain.
-
Selama MRS : klien
istirahat di tempat tidur, kadang-kadang duduk, turun dari tempat tidur hanya
saat BAB/ BAK. jalan pincang.sebagian kebutuhannya dibantuibunya
c) Pola istirahat tidur
-
Sebelum MRS : klien tidur pukul 21.00-05.00 dan tidur siang
+ 2 jam pukul 13.00-15.00.
-
Selama MRS : klien tidur pukul 22.00-05.00 dan tidur
siang + 1 jam pukul 11.00-12.00.
d) Pola eliminasi
-
Sebelum MRS : klien BAK + 4x /hari, jernih, bau khas
dan BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning tengguli, bau khas.
-
Selama MRS : klien BAK + 4x /hari, + 1200
cc,warna kuning jernih, bau khas dan BAB 2 hari sekali dengan konsistensi
lembek, sedikit, warna kuning tengguli, bau khas.
e) Pola personal hygiene
-
Sebelum MRS : klien dimandi 3x sehari menggunakan sabun
mandi dan sikat gigi, memekai shampoo 3 hari sekali, ganti baju 1x sehari sore
hari setelah mandi.
-
Selama sakit : klien mandi 2x sehari pagi dan sore, menggunakan
sabun mandi dan sikat gigi, ganti baju sore hari.
f) Pemeriksaan
1) Pemeriksaan keadaan umum
Kesadaran: compos mentis, GCS: 4-5-6, TD : 110/60 mmHg, nadi: 96 x/mnt, RR: 20 x/mnt,
suhu : 37 0C/ axila, BB sebelum sakit: 40 kg.
2) Pemeriksaan Fisik
-
Kepala
·
Rambut : hitam, tidak ada ketombe,
distribusi merata, tidak rontok.
·
Wajah : simetris, tidak ada finger print maupun
kelainan kulit, menyeringai menahan nyeri.
·
Mata : konjungtiva merah muda,sklera putih,
terdapat gambaran halus pembuluh darah.
·
Hidung : pernafasan spontan, tidak ada
polip maupun sekret.
·
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada carries.
·
Telinga : bersih tidak terdapat serumen.
·
Leher :Tidak
terdapat pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid maupun bendungan vena
jugularis.
·
Thorax
I :
tidak terdapat kelainan kulit, gerakan dada simetris, bentuk dada bulat
datar.tidak terdapat tarikan intra costae.
P :
vokal fremitus sama kanan dan kiri.
P :
suara jantung pekak, suara paru sonor.
A :
suara nafas lapang paru vesikular, tidak terdengar suara nafas tambahan, suara
jantung lup dup S1 S2 tunggal.
·
Abdomen
I :
tidak terdapat kelainan kulit, bulat
datar.
A :
peristaltik usus + 16 x/mnt.
P :
hepar tidak teraba, tidak terdapat pembesaran Lien
P :
suara abdomen timpani.
·
Ekstremitas
Atas: kanan: pergerakan bebas, akral
hangat, tidak ada odem.
kiri
: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada odem, terpasang
fenflon
Bawah: kanan: pergerakan bebas, akral hangat, tidak ada
odem, Nyeri pada lutut, lutut tidak bis ditekuk sejak 2 tahun yang lalu
kiri : pergerakan bebas, akral hangat,
tidak ada odem
3) Genetalia
tidak dikaji.
g)
Pemeriksaan
penunjang
-
Pemeriksaan
laboratorium (18 – 08 – 2006)
-
PT : 11,4 kontrol 11,9 14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
-
APTT: 31,3
kontrol 32,5 27-39 detik
(perbedaan kontrol=2 detik)
h) Pemeriksaan laboratorium (21 – 08 – 2006)
-
DL: Hb :
14,4 g/dl
-
Hct : 37,1 %
-
Plt : 3,3 x 103 /µL
-
WBC : 5,9 x 103 /µL
-
RBC : 4,95 x 106 /µL
i)
Pemeriksaan
laboratorium (22 – 08 – 2006)
-
PT : 18,9 kontrol 18,5 14-18 detik (perbedaan kontrol=2 detik)
-
APTT: 32,7
kontrol 32,2 27-39 detik
(perbedaan kontrol=2 detik)
-
DL: Hb :
13,9 g/dl
-
Hct : 37,1 %
-
GDA : 100%
-
Eritrosit : 3.400/000
-
Leokosit : 8600
-
Glukosa acak : 72 mg/dl (<120
mg/dl)
-
Urea N : 8,2 mg/dl (10-20 mg/dl)
j)
Pemeriksaan
laboratorium (24 – 08 – 2006)
-
HB : 14,0 g/dl
-
Leokosit : 8600
Terapi
(oloeh : dr. Luca.P tanggal: 20, 08, 2006)
KOATE 3
vial/ hari/ IV
Diet TKTP nasi 3x sehari
Susu3x 200
cc
Diagnosa
keperawatan
1. Nyeri
akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Konstipasi
berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
|
Prioritas
diagnosa keperwatan
|
|
1.
|
nyeri
akut b.d. agens cedera biologis ditandai dengan Ibu klien mengatakan klien
nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan
dan berkurang bila dibuat istirahat. wajah menyeringai menahan nyeri, dan jalan
pincang.
|
|
2.
|
Hambatan
mobilitas fisik b.d. nyeri ditandai dengan Ibu klien mengatakan klien
nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, nyeri bertambah bila dibuat berjalan
dan berkurang bila dibuat istirahat. wajah menyeringai menahan nyeri, dan jalan
pincang.
|
|
3.
|
Konstipasi
b.d. penurunan motilitas traktus gastrointestinal ditandai dengan ibu klien
mengatakan sebelum klien MRS, BAB 1x sehari konsentrasi lembek, warna kuning
tengguli, bau khas. Setelah MRS BAB 1x 2 hari, sedikit, warna kuning
tengguli, bau khas.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar